Urgensi Penyesuaian Periodesasi AMPI dengan periode Partai Golkar*

 

Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI) sebagai ormas kepemudaan yang didirikan oleh Partai Golkar telah lama menjadi tolak ukur bagi jalan atau tidaknya kaderisasi partai.

Didirikan pada tanggal 28 Juni 1978 di Pandaan, Jawa Timur. Saat itu, para pemuda Indonesia yang tergabung dalam beberapa organisasi kepemudaan seperti Angkatan Muda Jayakarta (AMJ), Angkatan Muda Siliwangi (AMS), Angkatan Muda Brawijaya (AMUBRA), Angkatan Muda Diponegoro (AMD), Angkatan Muda Sriwijaya (AMSRI), Generasi Muda SOKSI, Generasi Muda KOSGORO, 1 dan Generasi Muda MKGR, mendeklarasikan berdirinya AMPI.

Banyak tokoh pemuda yang lahir dari rahim AMPI. Dari Akbar Tanjung, Fredy Latumahina, Agung Laksono, Indra Bambang Utoyo, Agus Gumiwang Kartasasmita hingga tokoh muda nasional pada sosok Dave Laksono dan Dito Ariotedjo yang saat ini menjabat sebagai Menpora dan tentu saja Ketua Umum Partai Golkar saat ini, Bahlil Lahadalia yang selalu menyebut dirinya berproses di Golkar melalui AMPI. Masih banyak tokoh lain yang belum tersebut tapi bisa dipastikan AMPI memang menjadi tolak ukur kaderisasi di Partai Golkar.

Kenapa AMPI bisa menjadi lumbung kader muda di Partai Golkar ? Karena AMPI memang didirikan untuk menjawab tantangan di setiap era dan menjadi pintu masuk bagi kader muda. Di 1978 ketika pemilih muda menurun di Partai Golkar, AMPI menjadi solusi dengan pendekatan berbeda terhadap mereka. Di AMPI juga berbagai golongan di masyarakat dapat masuk menjadi anggota dari mahasiswa, pelajar termasuk PNS.

Berbeda dengan pola gerak mesin partai yang menuntut totalitas dan loyalitas tinggi.
AMPI menjadi pembeda dan jalan tengah Partai Golkar untuk menjangkau anak muda. Di AMPI tingkat independensi berdiri tegak dan pemilihan ketuanya pun begitu dinamis karena setiap orang dapat maju menjadi pemimpin AMPI. Hanya di AMPI sosok Ketum Bahlil yang saat itu dari Papua dan bukan siapa siapa dapat maju kontestasi merebut pemilihan ketua UMUM.

Karena tingkat dinamis yang tinggi tersebut banyak periode pemimpin yang tidak berjalan sesuai dengan lama periodenya. Ada era yang tidak sampai 5 tahun, ada juga era dimana pemimpinnya mencapai 7 tahun. Karena itu banyak pemimpin AMPI yang menjalani periodenya pada 2 periode ketua Umum Partai Golkar yang berbeda. Sebut saja (Alm) Fachri Andi Leluasa yang berawal di era Akbar Tanjung dan berakhir di era Aburizal Bakrie (ARB). Dave Laksono berawal di ARB berakhir di Setya Novanto (SN) setelah melalui perpecahan partai tanpa mengalami perpecahan internal di organisasi. Dito Ariotedjo di Era SN berakhir di era Airlangga Hartarto (AH). Sekarang Jerry Sambuaga yang terpilih “kecelakaan” karena Dito sebagai calon incumbent mengundurkan diri. Jerry terpilih di era AH dan sekarang harus mengarungi eranya di kepemimpinan Ketum Bahlil.

Berbedanya karakter dan pola memimpin antar generasi kepemimpinan Ketua Umum Partai Golkar selain merupakan tantangan tersendiri juga menjadi hambatan utama era mereka memimpin. Bagaimana mungkin ketua umum partai mengandalkan AMPI untuk dapat menjadi gerbong terdepan merebut pemilih pemula kalau ketua umumnya bukan orang yang ia percaya ataupun dari gerbongnya. Kondisi tersebut membuat perkembangan AMPI menjadi stagnan. Karena saat ini jelas AMPI bukanlah lagi menjadi andalan strategis partai untuk merebut pemilih pemula.

proses regenerasi kepemimpinan politik di Indonesia bergulir setiap 5 tahun. Dari pilpres, pilkada hingga pilkades. Periodisasi AMPI tentunya harus kohereb dengan tahapan-tahapan di dalam proses lima tahunan tersebut

Selain kondisi diatas. Jerry sendiri saat ini merupakan sosok yang sangat lemah kepemimpinannya. Pleno terakhir saja pecah dan terjadi mosi tidak percaya terhadap kepemimpinannya di sidang yang berujung non aktifnya sekjen Banjir karena terbukti melakukan tindakan abuse of power dan ajakan asusila terhadap kadernya. Saat itulah Banjir digantikan oleh M Rizki Maulana sebagai Plt Sekjen.

Polemik ini semakin diperuncing dengan sikap Jerry yang cenderung membiarkan saja perpecahan tersebut tanpa penyelesaian dan menjadi kondisi status quo.

Masih banyak lagi permasalahan di era Jerry. Selain kepemimpinan yang lemah, ada tata kelola organisasi yang ugal-ugalan, keberpihakan terhadap tindakan asusila yang dilakukan mantan sekjennya, serta yang paling penting kaderisasi yang macet. Karena sampai saat ini periode Jerry belum pernah melakukan karsinal, Musda DPD yang tidak berjalan lagi serta memasukan kader kedalam struktur kepengurusan secara asal asalan tanpa proses pleno.

Saat ini berhembus isu kencang kalau Sekjen Plt Rizki akan digantikan oleh Bendum saat ini Kevin Tandra. Ketika dikonfirmasi kebenarannya alasan Kevin karena perintah Adies Kadir Ketua Umum MKGR. Maka disusunlah SK baru dengan mengganti sekjen dan bendum, memecat atau menyingkirkan kader yang terindikasi melawan jerry pada pecah pleno kemarin, mengganti PLT yang ada dengan orang kepercayaan Kevin serta memecat semua kader AMPI yang dilantik pada kepengurusan AMPG yang dipimpin oleh Ketua Umum Said Aldi Al Idrus.

Apabila benar isu tersebut maka semakin memastikan kepemimpinan jerry yang sangat lemah. Baik dalam konsolidasi internal dan external apalagi menterjemahkan kemauan Ketua Umum Bahlil di era sekarang karena tindakan tersebut sama saja mencoreng independensi AMPI dan memecah konflik frontal di internal AMPI.

Jerry menyerahkan kepengurusannya di intervensi oleh Fahd Arafiq dengan alasan sebagai ketua bidang ormas. Dia menganggap dengan dukungan sosok besar dan kuat di Partai Golkar seperti Adies Kadir dan Fahd Arafiq yang memiliki logistik dan preman dapat membuat kader-kadernya yang tidak sejalan agar takut dan dapat menerima rencana ugal ugalannya dalam mengurus AMPI.

Berdasarkan hal tersebutlah penulis merasa adanya urgensi untuk segera menyelaraskan periodesasi kepemimpinan di AMPI dengan cara Munas Dipercepat.

Kenapa Munas dipercepat ? untuk mengembalikan khittah AMPI sebagai ujung tombak Partai Golkar merebut pemilih muda tentu Ketua Umum AMPI harus dipilih pada kongres yang jaraknya tidak jauh dengan waktu terpilihnya Ketua Umum baru. Dengan periode yang sama tentunya AMPI dapat menjadi organisasi kepemudaan yang inheren dan koheren dengan Ketua Umum Partai. Program dapat seiring dan selaras, Sosok Ketua Umumnya tentu merupakan sosok yang dipercaya dan direstui oleh Ketua Umum sekarang yaitu Bahlil Lahadalia. Ini semua dapat menjadikan AMPI sebagai ormas yang didirikan Partai dapat menjadi padu, penting dan tak terpisahkan bagi kepentingan Partai.

Selain itu munas dipercepat ini dapat menjadi solusi bagi kepengurusan AMPI di era Jerry yang kepemimpinannya sangat lemah, kepengurusan yang terpecah serta matinya proses kaderisasi. Dan yang paling utama adalah kegagalan Jerry menterjemahkan keinginan dan harapan Ketua Umum Bahlil.

Untuk itu berdasarkan kepentingan organisasi, masa depan AMPI dan berjalannya proses kaderisasi yang mati maka penulis merekomendasikan gagasan untuk diadakannya munas dipercepat pada periode saat ini.

*Pengurus DPP AMPI*

Pos terkait