Oleh: Saiful Huda Ems.
Berbicara soal pemikiran manusia, kita akan dihadapkan dengan dua pola atau ciri khas (typical) berpikir manusia, yakni ada yang typical Textbook Thinking ada pula yang typical Out of The Box Thinking.
Textbook Thinking bisa diartikan dengan cara berpikir yang menggunakan buku teks sebagai sumber utama informasinya, sedangkan Out of The Box Thinking bisa diartikan dengan cara berpikir yang kreatif, inovatif dan tidak konfensional, yang jika dipersingkat menjadi berpikir diluar kotak.
Orang-orang yang cara berpikirnya model Textbook Thinking biasanya tidak kreatif dan inovatif, cenderung abai pada persoalan-persoalan masyarakat di sekitarnya, dan biasanya gagap menyikapi secara tegas problem-problem kebangsaan dan kenegaraan.
Cara berpikir yang seperti demikian, alih-alih dapat membumikan pemikirannya untuk terwujudnya suatu perubahan, malahan yang ada biasanya menjadi tukang-tukang stempel penguasa yang harus diluruskan !.
Bung Karno dalam pidato-pidato kenegaraannya, pernah berkali-kali mengkritik dengan keras orang-orang yang gemar berpikir Textbook ini, karena bagi Bung Karno orang-orang yang seperti demikian paling susah diajak Revolusi.
Begitupun dengan sastrawan terkemuka Indonesia, alm. WS. Rendra yang mengkritik keras typical orang Textbook Thinking dengan sindirannya,”apalah artinya berpikir jika terpisah dari masalah kehidupan?!”.
Jika kita sudah mengetahui persoalan pokok munculnya Kancil-Kancil Pilek (Kancil yang kena flu, sariawan dll.) menurut istilahnya Bung Tomo, atau bisa diartikan dengan intelektual yang buta dengan keadaan, diam melihat penindasan, bahkan malah jadi “tukang stempelnya” penindas dll., maka kita tidak akan pernah kebingungan lagi menjawab pertanyaan itu.
Para pejuang-pejuang tangguh Tanah air ini dahulu, seperti Bung Karno, Bung Hatta, Bung Sjahrir, Tan Malaka dll. merupakan orang-orang yang terbiasa berpikir Out of The Box, meskipun beliau-beliau itu semua merupakan pelahap buku-buku berbobot yang menginspirasi pemikir-pemikir dunia.
Pada zamannya, pemikir-pemikir atau kritikus-kritikus itu dicap oleh Pemerintah Kolonial sebagai Kaum Ekstrimis, kalau orang-orang BOTOL zaman sekarang mungkin akan menyebutnya sebagai Tukang Nyinyir. Namun pada akhirnya semua mata kesadaran telah terbuka, bahwa beliau semua ternyata pejuang-pejuang tangguh yang membebaskan bangsa dan negeri ini dari penjajahan !.
Berpikir Out of the Box dapat memudahkan orang untuk membuat keputusan yang sangat sulit dari persoalan-persoalan yang kontroversial. Misalnya, Jokowi itu aslinya bodoh ataukah tukang ngibul. Jokowi itu korup ataukah ahli pencitraan dll. Pertanyaan-pertayaan kontroversial semacam ini bisa dipecahkan dengan mudah oleh orang-orang yang terbiasa berpikir Out of The Box.
Selain itu, berpikir Out of The Box juga sangat berguna untuk menemukan solusi alternatif, tetap kompetitif, dapat menumbuhkan ketegasan sikap, keberanian dll. Aristoteles pernah berkata:”Kamu tidak akan pernah melakukan apapun di dunia ini tanpa keberanian. Itu adalah kualitas terbesar dari pikiran setelah kehormatan”.
Olehnya kita tidak perlu heran, mengapa para pemikir terkemuka di Tanah air ini, yang kelak muncul sebagai bapak-bapak pendiri bangsa berpikirnya tidak Textbook melainkan Out of The Box !.
Sastrawan dan Aktivis Politik terkemuka Rusia, pendiri metode sastra realisme sosialis, Maxim Gorky mewanti-wanti pada kita seperti ini;”Teruslah membaca buku, tetapi ingatlah bahwa buku hanyalah buku, dan anda harus belajar berpikir sendiri”.
Kezaliman Jokowi tak seharusnya dilegitimasi oleh intelektual-intelektual Ahlul Proposal, melainkan harus terus dilawan oleh Rakyat Revolusioner yang sudah tercerahkan, sampai pendukungnya kocar-kacir tulang belulangnya gemetaran.
Maka putar otak kalian, lebarkan sayap nalar kalian, dengarlah rintihan batin masyarakat kalian, hingga pada akhirnya akan terbangun komitmen juang yang tangguh di jiwa kalian ! Merdeka !…(SHE).
20 November 2024.
Saiful Huda Ems (SHE). Lawyer dan Petarung Politik.