Jakarta, 9 April 2025 — Pemuda Panca Marga (PPM) pimpinan Samsudin Siregar menyatakan dukungan penuh terhadap pertemuan silaturahmi politik antara Presiden Prabowo Subianto dengan Presiden Kelima Republik Indonesia, Hj. Megawati Soekarnoputri. Pertemuan hangat dua tokoh bangsa ini dinilai bukan semata agenda politik, melainkan peristiwa bersejarah yang sarat makna kebangsaan dan simbol kuat persatuan nasional.
Dalam pernyataan resminya, Samsudin Siregar memandang pertemuan tersebut sebagai momen penting yang patut disambut dengan harapan dan empati. Sebab, baik Prabowo maupun Megawati bukan hanya sosok politikus, tetapi juga anak-anak dari para pejuang besar republik, yang warisan perjuangannya masih hidup dalam jiwa dan langkah mereka hari ini.
Pertemuan Dua Anak Pejuang
Prabowo Subianto adalah putra Prof. Soemitro Djojohadikusumo, ekonom, negarawan, dan pejuang bangsa yang pemikirannya turut membentuk arah pembangunan ekonomi Indonesia. Sementara Megawati Soekarnoputri merupakan putri sulung Sang Proklamator, Ir. Soekarno, yang bukan hanya membacakan teks proklamasi 17 Agustus 1945, tetapi juga menjadi simbol kelahiran bangsa merdeka yang berdaulat.
Pertemuan mereka membawa pesan yang dalam: bahwa anak-anak pejuang, yang mungkin pernah berdiri pada kubu politik berbeda, kini mampu duduk bersama demi Indonesia yang lebih besar dari sekadar kepentingan golongan atau partai.
“Pertemuan ini bukan sekadar langkah politik, ini adalah pelukan sejarah antara dua jiwa yang dibesarkan oleh semangat kemerdekaan dan nilai-nilai kebangsaan”, tulis Samsudin Siregar.
Simbol Kedewasaan Politik dan Cinta Tanah Air
Samsudin Siregar menilai silaturahmi ini sebagai penanda kedewasaan demokrasi Indonesia. Bukti bahwa politik bukan hanya ruang rivalitas, tetapi juga tempat merajut kembali persaudaraan kebangsaan.
“Rakyat Indonesia mendambakan pemimpin-pemimpin yang bersatu, bukan terpecah. Dengan pertemuan ini, harapan rakyat menemukan jalannya. Ini adalah bentuk cinta tanah air yang tulus dari dua tokoh bangsa yang telah matang dalam pengalaman dan perjuangan” lanjut pernyataan tersebut.
PPM, menyebut momen ini sebagai “titik balik penting bagi upaya konsolidasi nasional”
“Kami di Pemuda Panca Marga pimpinan Samsudin Siregar memberikan dukungan penuh terhadap silaturahmi politik ini. Pertemuan antara Ibu Megawati dan Bapak Prabowo adalah simbol persatuan sejati dari para pewaris semangat perjuangan. Ini adalah teladan bagi bangsa bahwa rekonsiliasi dan kolaborasi adalah jalan terbaik untuk membawa Indonesia melompat ke masa depan”, ujarnya.
Senada dengan itu, Ketua Harian PPM, Ariasa Hadibroto Supit, turut menyampaikan pandangannya. Ia menekankan pentingnya mewarisi semangat kebangsaan dalam dinamika politik saat ini.
“Kami memandang pertemuan ini sebagai refleksi dari harapan besar rakyat. Ketika dua tokoh bangsa yang berasal dari garis perjuangan bisa bersatu dalam dialog, maka itu adalah bukti bahwa semangat gotong royong dan nasionalisme masih menjadi napas utama politik Indonesia. PPM berdiri tegak di belakang semangat ini”, ujar Ariasa.
Membangun Masa Depan Bersama
Sebagai organisasi yang beranggotakan para purnawirawan TNI/Polri dan keturunan pejuang, PPM pimpinan Samsudin Siregar menaruh harapan besar bahwa pertemuan Prabowo-Megawati akan membuka jalan bagi kolaborasi besar dalam pembangunan nasional. Keduanya dinilai memiliki basis pengalaman, keteguhan hati, serta kesetiaan pada cita-cita para pendiri bangsa.
“Kami percaya, dengan semangat silaturahmi ini, agenda-agenda kebangsaan akan lebih mudah dijalankan. Indonesia membutuhkan kerja bersama, dan itu hanya mungkin lahir dari hati yang saling menghormati”
PPM meyakini, bersatunya Prabowo dan Megawati dalam satu visi untuk Indonesia akan menciptakan stabilitas politik dan moral yang sangat dibutuhkan menghadapi tantangan global dan domestik — termasuk pembangunan Ibu Kota Nusantara, transformasi digital, serta ketahanan pangan dan energi nasional.
Menjadi Teladan bagi Bangsa
Pertemuan ini, menurut Samsudin Siregar, ini menjadi contoh luhur bagi seluruh rakyat Indonesia. Bahwa silaturahmi bukan sekadar nilai budaya, tetapi kekuatan politik yang membawa kesejukan dan harapan. Ketika dua tokoh besar yang dulu berbeda kini saling merangkul, maka rakyat pun memiliki alasan untuk lebih optimistis menatap masa depan.
PPM menutup pernyataannya dengan mengutip falsafah Jawa: “Sura dira jaya ningrat, lebur dening pangastuti” — kekuatan sejati bukan pada kekuasaan, melainkan pada kelembutan hati dan ketulusan niat.
“Untuk Ibu Megawati dan Bapak Prabowo, kami titipkan masa depan bangsa ini. Sebab kami tahu, darah pejuang yang mengalir dalam tubuh kalian tidak akan pernah membiarkan Indonesia jatuh — tetapi justru akan membawanya bangkit menuju kejayaan”