Politisi Golkar Sebut Politik Ibarat Permainan, Banyak yang Mati dan Hidup Berkali-kali

JAKARTA — Politisi Golkar Bambang Soesatyo menyebut bahwa politik adalah ibarat sebuah permainan. Ketika permainan usai maka semua pemain harus kembali bersatu.

Wakil Ketua Umum Partai Golkar ini juga menyebut bahwa seorang politisi itu bisa mati berkali-kali dan juga hidup berkali-kali. Seorang politisi juga tak boleh mudah baperan atau harus berprinsip no hard feeling.

Demikian disampaikan Bambang Soesatyo yang juga saat ini menjabat sebagai Ketua MPR ini.

Bamsoet, sapaan akrabnya, ikut menyoroti pertemuan antara Ketua TPN Ganjar -Mahfud, Arsjad Rasjid, dengan Ketua TKN Prabowo -Gibran, Rosan Roeslani, diharapkan mampu menjembatani parpol yang mendukung Prabowo serta partai politik yang mendukung Ganjar untuk bersatu dan bergabung dalam pemerintahan ke depan.

“Saya berharap pertemuan keduanya bisa menjembatani dua kubu yang bertarung pada Pilpres 2024 lalu untuk bersatu dalam koalisi besar pemerintahan Presiden Prabowo,” kata Bambang Soesatyo dikutip Sabtu (13/4).

Bamsoet mengingatkan para politikus di dalam dunia politik agar tidak ‘baperan’. Karena, sesungguhnya politik ibarat sebuah ‘permainan’. Ketika sebuah permainan usai, maka semua pemain harus kembali bersatu.

“Di dunia politik dikenal pameo no hard feeling. Jangan mudah sakit hati. Karena sesungguhnya ‘politics is the games’. Kemenangan dan kekalahan merupakan bagian dari kehidupan setiap orang. Dalam politik kita bisa mati berkali-kali dan hidup berkali-kali,” kata Bamsoet.

Bamsoet kembali berharap dalam pemerintahan Presiden Prabowo Subianto ke depan, tidak ada partai politik yang menjadi oposisi.

Semua partai politik yang bertarung pada Pemilu 2024 dan masuk di dalam parlemen bisa bergabung ke dalam koalisi pemerintahan agar pemerintahan bisa berjalan lebih baik dan efektif.

“Sekali lagi saya menegaskan, mendukung penuh jika Presiden terpilih Prabowo Subianto merangkul semua partai politik untuk masuk dalam koalisi,” kata Bamsoet.

Bamsoet menekankan bahwa Indonesia sesungguhnya tidak mengenal oposisi. Karena demokrasi yang dianut bangsa Indonesia adalah demokrasi gotong royong. Demokrasi Pancasila.

Sistem presidensial yang dianut bangsa Indonesia pun tidak seperti negara-negara lain yang hanya ada dua partai besar, di dalam dan di luar pemerintahan (oposisi).

“Filosofi demokrasi di Indonesia tidak mengenal oposisi. Musyawarah untuk mufakat menjadi ciri khas berdemokrasi di Indonesia. Kita ingin membangun sebuah demokrasi gotong royong,” pungkas Bamsoet.

(POJOKSATU.id)

Pos terkait