Kepala Lab. 45 Indonesia, Jaleswari Pramodhawardani: Kita Mengalami Krisis Demokrasi

Jakarta, – suarakita.id , – Laboratorium Indonesia 2045 itu sebagai lembaga tink thank kami memang melakukan kajian- kajian kebijakan yang ditujukan untuk seluruh warga negara, hanya kami memang memprioritaskan terutama kepada gen Z, milenial dan gen Alfa karena pada usia merekalah nanti ketika satu abad Indonesia tiba merupakan pemilik negeri ini.

Demikian diungkapkan Kepala Laboratorium Indonesia 2045, Jaleswari Pramodhawardani kepada sejumlah media usai acara Seminar Nasional selama dua hari pada 20-21 Agustus 2025 di Perpustakaan Nasional Jakarta.

Seminar bertajuk: ” Refleksi Delapan Dekade dan Proyeksi Indonesia 2045″ cukup meriah yang dihadiri sebagian besar anak2 muda dan mahasiswa.

Menurut Jaleswari, kajian2 kami selalu memotret bagaimana generasi muda ini penting untuk dilibatkan, penting untuk diperhatikan karena merekalah nantinya yang akan menjadi pemimpin di Indonesia.

“Melihat masa depan itu sebagai impian dan yang paling berpeluang adalah anak muda tapi untuk flashback melihat ke belakang bagi kami sangat penting juga. Karena dengan sejarah kita akan belajar banyak, dengan sejarah membuat kita bijak untuk melihat bagaimana kekurangan dan kelebihan kita sebagai bangsa,” katanya.

Makanya, sambung dia sejarah itu penting bagi kita untuk jati diri bangsa sendiri bahwa kita selalu bicara bahwa sejarah itu menginspirasi dan menginspirasi itu bukan tentang perkara keberhasilannya saja, tetapi soal kepahitan dan kekelaman itu juga sejarah bagian yang menginspirasi kita agar di masa depan tidak terjadi lagi.

“Sehingga refleksi 80 tahun kemerdekaan RI ini kita perlu menengok kebelakang yakni apa saja capaian kita dan apa saja kegagalan kita, apa saja yang perlu dipelajari agar kita memproyeksikan diri ke satu abad Indonesia menuju 20 tahun lagi yang tidak lama lagi akan tiba,” tambahnya.

Terkait kondisi Dinamika demokrasi di Indonesia sambung Jeleswari, ada yang menilai demokrasi kita menurun, dikatakan demokrasi kita cacat dan isu2 ini terjadi kurang lebih di 10 tahun terakhir, kita tahu bahwa itu bukan hanya ungkapan spontan dari kita saja yang melihat kasus Perkasus tapi ini adalah berdasarkan indeks- indeks global yang menyatakan ini semacam lonceng peringatan bagi kita semua bahwa kita sudah masuk dalam krisis demokrasi dan kita tidak perlu melakukan pelunakan2 ini terhadap narasi dengan istilah menurun, ini meningkat tapi memang kita terjadi krisis demokrasi dan hal ini terejawantahkan dalam beberapa hal yang tercermin dalam kajian2 kita.

“Dengan memotret panjang tentang kapan dan dimasa mana capaian kita sebagai bangsa entah dibidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi itu ada dalam puncak2nya kita menghadapi situasi ekstrim dari orde baru ke orde reformasi. Selama 27 tahun reformasi dan sekarang refleksi kritis kita terhadap perjalanan reformasi setelah data- data yang sudah kita serap itu menurut kita kondisi demokrasi memang betul kita menurun dan kita bisa lihat dari berbagai engel yang ada,” tegasnya .( sk)

Pos terkait