Oleh: Saiful Huda Ems.
Anies dan Ahok bersatu, kompak mendukung Pramono Anung-Rano Karno di Jakarta, Jokowi nyungsep menjadi tokoh lokal dan makelar PILKADA yang keluyuran ke daerah-daerah.
Maka benarlah apa yang saya tulis selama beberapa tahun yang lalu, bahwa otak perpecahan Nasionalis-Islam di negeri ini adalah Jokowi.
Dan berbagai kelompok radikal itu terbukti sebagai “karya” politik Jokowi. Sebab ketika ada dua kelompok yang saling berhadapan, disitulah Jokowi memainkan permainannya.
Untuknya tidak heran bukan, kenapa kelompok-kelompok radikal yang beberapa tahun lalu membuat gaduh bangsa ini, sekarang malah bergabung dengan Jokowi dan keduanya kompak berkampanye untuk memenangkan Ridwan Kamil-Suswono di Jakarta !.
Aksi dahsyat 212 di Jakarta pada Tahun 2016 lalu, yang hampir memporak-porandakan keharmonisan berbangsa dan bernegara, tidak terlepas dari permainan intrik politik Jokowi, yang tidak menginginkan Ahok muncul menjadi Matahari yang menghalangi terang dirinya.
Disinilah kemudian saya melihat kecerdasan seorang Hasto Kristiyanto, Sekjen PDIP yang sejak awal bersikukuh untuk menyatukan kekuatan politik PDIP dengan Anies Baswedan (baca: Nasionalisme dan Agama).
Jika Ahok, Hasto Kristiyanto, Pramono Anung, Rano Karno dll. bersama PDIP nya itu merupakan representasi kekuatan Nasionalis, maka Anies Baswedan merupakan representasi kekuatan politik agama (Islam), terlepas dari berbagai kekurangannya Anies sebagai manusia.
Hasto Kristiyanto sangat memahami betul pemikiran Bung Karno dan Bu Megawati Soekarnoputri, mengenai Nasionalisme dan Agama yang tak boleh dipertentangkan.
Bagi Hasto Kristiyanto sahabat saya yang beragama Katolik dan berjiwa nasionalis sejati ini, Nasionalisme dan Agama adalah Sayap Garuda yang akan menerbangkan Indonesia untuk mencapai cita-citanya.
Membentur-benturkan Nasionalisme dan Agama, sama halnya dengan akan mengkapak persatuan dan kesatuan nasional, sama halnya dengan mau meludahi keringat-keringat perjuangan para pendiri bangsa yang beraneka ragam agama, suku dan budayanya.
Sekarang saya dengar Jokowi sedang memanggil kepala-kepala daerah di Jateng dan kyai-kyai di Solo untuk memenangkan Luthfi, saya katakan ini merupakan aksi norak, vulgar, brutal dan merupakan pelanggaran UU yang sudah kesekian kalinya dilakukan oleh Makelar Pilkada, Jokowi. Hentikan !…(SHE).
25 November 2024.
Saiful Huda Ems (SHE). Lawyer, Analis Politik, Jurnalis dan Aktivis ’98.