Denny JA
Usia tidak hanya angka. Ia juga mengandung pengetahuan, juga mengandung kearifan.
Seorang pemimpin yang bertambah usianya potensial ia juga bertambah pengetahuannya. Juga potensial ia juga bertambah kearifannya.
Ini respon pertama ketika saya membaca berita yang semakin banyak beredar. Yaitu sebagian kecil warga negara datang ke Mahkamah Konstitusi.
Mereka menggugat lagi batas usia capres. Mereka meminta perlu ada aturan, bahwa yang termuda untuk menjadi presiden adalah 21 tahun. Tapi yang tertua hanya 65 tahun.
Pertanyaan kita: mengapa membatasi usia seorang pemimpin, 65 tahun? Bukankah itu menentang tiga prinsip sekaligus.
Yang mereka tentang, pertama- tama adalah data sejarah. Bukankah Nelson Mandela di tahun 1994 dipilih sebagai presiden Afrika Selatan, ketika usianya 77 tahun. Sekali lagi 77 tahun.
Kini kita tahu betapa Nelson Mandela begitu legendaris perannya. PBB pun menjadikan hari ulang tahunnya sebagai hari pencari keadilan internasional.
Bagaimana dengan Joe biden, presiden Amerika Serikat? Ia dipilih di tahun 2020 sebagai presiden ketika usianya 78 tahun!
Kita juga tahu, Joe biden membuat begitu banyak pencapaian. Salah satunya pembelaannya pada minoritas. Ia memilih wakil presidennya seorang perempuan. Ini pertama kali juga terjadi dalam sejarah Amerika Serikat.
Bagaimana untuk Asia?Mahathir Muhammad di tahun 2018 terpilih sebagai Perdana Menteri. Di momen itu, usianya 92 tahun. Sekali lagi 92 tahun!
Data menunjukkan tak ada masalah dengan usia di atas 65 tahun.
Kedua, kita juga melihat yang sukses tak hanya di dunia politik, tapi juga di area bisnis. Usia mereka juga bisa sangat tua.
Contohnya adalah Warren Buffet. Ia sekarang ini masih menjabat CEO. Padahal usianya di tahun 2023 sudah mencapai lebih dari 90 tahun. Warren Buffet selalu masuk top 10 orang terkaya di dunia, sejak 20 tahun lalu.
Dan ketiga, ini yang paling penting, isu fundamental pembatasan umur pemimpin itu adalah diskriminasi atas usia.
Seseorang tak bisa didiskriminasi hanya karena misalnya jenis kelaminnya. Atau ia dipinggirkan hanya karena kulit berwarna, hanya karena agama.
Prinsip yang sama bisa diterapkan. Seseorang tak bisa dilarang menjadi presiden, misalnya, hanya karena usianya lebih dari 65 tahun.
Yang penting bagi seorang pemimpin bukan usia, tapi kesehatannya. Sejauh ia sehat jiwa dan raga, sudah dewasa, maka semakin ia bertambah usia potensial ia lebih berpengetahuan dan lebih bijaksana.***
**Transkripsi yang diedit dari video EKSPRESI DATA Denny JA (1/10/2023)
**Dibolehkan mengutip atau menyebarkan tulisan/video di atas