Bandung, (13/07/2022) Ak. Twissje Inkiriwang, Ketua DPW Pemuda (Rumpun) Melayu, meski tidak dipilih melalui mekanisme Musyawarah Daerah, karena dinilai pembentukan awal , akan tetapi bukanlah kaleng-kaleng asal comot. Peraih penghargaan Dharma Karya Kencana oleh Presiden jaman SBY, karena kegiatan dan organisasi yang dinilai positif dalam pembangunan di Jawa Barat.
Berkiprah di Pemuda Pancasila mulai tahun 1983, tertarik dengan Lembaga Srikandi yang didirikan 28 Oktober 1983, merintis dari bawah. Kemudian masuk di Kepengurusan Lembaga Srikandi (Peranan Wanita) Pengurus Anak Cabang Pemuda Pancasila Sukasari (1985), kemudian periode berikutnya masuk di Lembaga Srikandi DPC Pemuda Pancasila Bandung (1985-1990), selanjutnya Wakil Ketua Bidang Peranan Wanita Lembaga Srikandi Jawa Barat, setelah itu karena putra-putranya masih kecil, tidak di kepengurusan namun tetap aktif menghadiri kegiatan-kegiatan penting, selanjutnya seiring dengan Srikandi menjadi Organisasi Otonom sayap Pemuda Pancasila , ia dipercaya dari hasil musyawarah menjadi Ketua PW Srikandi Jawa Barat 2016-2021 .
Periode berikutnya tidak maju lagi walaupun almarhum H. Tubagus Dasep selaku Ketua MPW Pemuda Pancasila saat itu mendukungnya untuk maju kembali. Struktur Srikandi sampai jajaran terbawah telah dibentuknya, sehingga pengurus berikutnya tinggal meneruskannya.
“ Saya tidak maju kembali saat itu dengan mempertimbangan pentingnya kaderisasi, agar ada pengalaman untuk generasi pengurus berikutnya, saya cukup menjadi pembina,”ujar Ak.Twissje.
Selama aktif di kepengurusan Pemuda Pancasila berbagai momentum penting Pemuda, termasuk Musyawarah Besar hampir selalu dihadirinya.
Pengalaman bersentuhan langsung dengan kepentingan masyarakat juga pernah dirasakannya, 10 tahun menjadi Ketua RW di lingkungannya membuatnya sangat mengerti hal-hal mendasar, kelahiran maupun kematian warga lingkungannya termasuk lingkup yang diurusnya.
Yang sampai saat ini masih terus aktif adalah di Forum Pos KB Jawa Barat sebagi, organisasi yang mengantarkannya mendapat penghargaan Dharma Karya Kencana. Dalam forum itu tokoh-tokoh akademisi juga berkumpul disitu, inilah yang dirasakannya semakin mematangkannya dalam berorganisasi.
Tentang Rumpun Melayu
“Tak Melayu Hilang di Dunia”, sebuah frase tegas dan Petuah Keramat yang dilontarkan oleh seorang pemimpin Bangsa Melayu kala itu, Hang Tuah yang berasal dari Sulawesi, dalam mengobarkan semangat perjuangan melawan dan mengusir Portugis dari Temasik (Singapura saat ini), Semenanjung Malaya dan Perairan Selat Malaka pada akhir tahun 1400 s/d awal tahun 1500. Sejak diucapkan kurang lebih 500 tahun lalu, ternyata Petuah tersebut memiliki makna penting pada saat ini. Yaitu sebagai pesan dan pengingat bahwa Bangsa Melayu akan dilenyapkan diatas bumi, terutama melenyapkan tatanan kehidupan sosial masyarakatnya yang menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan dan kesetaraan, adat dan peradaban serta keyakinan beragamanya. Inilah fenomena dan fakta yang terjadi sekarang, setidaknya sudah terbukti di Temasik/ Singapura, Melayu termarginalkan, dan kini Indonesia mulai kita rasakan dengan oligarchi yang mengendalikan.
Bangsa Melayu , menginjakkan kaki pertama kali ke tanah Jawi/Jawa pada zaman Babilonia Kuno (4500 – 5000 tahun lalu, peradaban Mesopotamia). Mereka dikenal sebagai Proto Melayu (Melayu Tua) yang membawa peradaban tinggi (civilization). Gelombang kedua menyusul pada zaman Babilonia baru/modern (2500 – 3000 tahun lalu), menyebar ke berbagai kepulauan Nusantara (Asean) yg kemudian disebut sebagai Deutro Melayu (Melayu Muda). Selain peradaban modern, gelombang kedua ini membawa ilmu dan teknologi tinggi. Terutama ilmu metalurgi (menambang dan mengolah besi, tembaga, perak dan emas), ilmu astronomi, dan yang terpenting adalah membawa dan mengenalkan konsep ajaran agama Tauhid.
Kajian asal-usul nenek moyang Bangsa Melayu, berawal dari ditemukannya manuskrip-manuskrip kuno di laut mati (dead sea scroll) yang diperkirakan berusia ratusan bahkan ribuan tahun lalu. Hal ini juga selaras dengan kajian scientific modern pada cabang ilmu Bio-Molekuler yaitu Mitochondria Human Genome dengan metodologi penguraian dan pemetaan DNA manusia-manusia yang hidup dari berbagai belahan dunia saat ini sebagai sample. Dari kajian sistematis dan empiris tersebut, dinyatakan dan dikukuhkan dalam artikel UNESCO – UN pada tahun 2015, bahwa Bangsa Melayu (Malayan) adalah sebagai Bangsa/Ras tertua nomor dua setelah Bangsa/Ras African dari 6 Bangsa/Ras tertua yang ada saat ini. Kajian ini tetap terbuka dan progressive sehingga sewaktu-waktu dapat berubah.
Dari literasi dan fakta sejarah , tak terbantahkan bahwa Melayu adalah sebuah Bangsa besar yang maju, modern, berperadaban tinggi dalam berbagai aspek kehidupan social dan bermasyarakat. Namun, kaum Orientalist pada zaman kolonialisme melakukan pendegradasian makna bahwa Melayu adalah sekedar etnis/suku yang mendiami sebagian daerah/pulau di Nusantara, hal ini berlanjut oleh kaum globalist di era kekinian. Tujuannya adalah untuk memecah belah agar mudah bagi mereka melakukan infiltrasi, intimidasi maupun agresi ke berbagai sendi-sendi kehidupan. Sehingga Bangsa Melayu saat ini tak lain hanyalah kaum proletarian yang termarginalkan dan terasing dari berbagai aspek kehidupan.
Walaupun ada sebagian kecil elite dari Bangsa Melayu saat ini yang berperan, namun mereka kurang greget dan belum terorganisir berbuat sesuatu untuk marwah dan martabat Bangsa Melayu agar tak termarginalkan.
Kiranya inilah semangat Pemuda Rumpun Melayu untuk mengembalikan marwah, sebagai bagian dalam menguatkan persaudaraan, persatuan dan kesatuan NKRI dengan keberagaman yang dimiliki, bukan suku ataupun sektarian. Dengan turut berkiprah di sektor ekonomi, hukum, sosial budaya serta pendidikan.
Ulasan tentang Rumpun Melayu inilah salah satu yang menyemangati Ak. Twissje Inkiriwang untuk kemudian bersedia bergabung memegang DPW Pemuda Melayu Jawa Barat, untuk tahap awal ikhtiar turut menggarap dan melestarikan budaya Sunda sebagai bagian dari Rumpun Melayu, meski harus merintis dari awal karena hal budaya belum pernah digelutinya. Kaya pengalaman, optimis menghadapi tantangan, tetapi tetap rendah hati, itulah pandangan dari suarakita.id dari hasil bincang-bincang dengan tokoh ini. (Ibra/Har)