MALAM ITU, DI JALUR GAZA, AIR MATANYA DISEKA OLEH PULUHAN BOM Denny JA

MALAM ITU, DI JALUR

Denny JA

Pagi itu, di jalur Gaza Palestina,
tengah November 2023, Nenek Laham membersihkan puing reruntuhan batu di rumah anaknya.

Sudah 13 mayat keluarganya ia temukan. (1)
Tinggal satu lagi, cucunya bernama Farha.

Dua jam sudah ia mengais- ngais tumpukan batu kecil.
“Dimanakah engkau, Farha?”

Putra Laham mati.
Menantunya juga mati.
Adiknya pun mati.
Tiga belas keluarganya tinggal di rumah besar itu.
Semua mati.

Hanya dalam waktu semalam.
Duaaaaarr. Duarrrr. Duaaaaar!!!
Serangan bom meledak, berkali- kali menghancurkan rumah anaknya.

Nenek Laham semakin tak mengerti mengapa keluarga besarnya menjadi korban.

Putra sulungnya yang mati itu bukan aktivis Hamas.
Putranya memang seorang Palestina tulen.

Tapi berbeda dengan Hamas,
putranya punya paham sendiri.
Ia percaya Israel juga berhak punya negara yang merdeka.
Sebagaimana Palestina juga saatnya miliki negara merdeka.

Dua negara ini bisa hidup damai, berdampingan.

Pula berbeda dengan Hamas.
Putranya tak setuju serangan Hamas ke Israel, tanggal 7 Oktober 2023.
Ratusan penduduk sipil Israel dibantai, dibunuh, digorok, ditembak.

Malam itu, putranya menangis di sajadah.
Ia bertanya mengapa oh mengapa?

Hamas yang perang,
tapi rakyat Palestina yang ikut dibunuh oleh Israel.
Hamas yang menyerang,
tapi anak- anak Palestina ikut terkena bom Israel.

Putranya menangis.
Bukan hanya ratusan bangunan di Gaza rata menjadi puing.
Itu bangunan tegak di sana sejak puluhan tahun.
Kini menjadi sampah batu, hanya dalam tempo 20 malam.

Bukan hanya lebih dari 1000 warga Palestina dibunuh.
Banyak pula anak- anak yang mati.

Putranya juga menangis soal masa depan Palestina.
Bagaima bisa berdiri dua negara Israel dan Palestina untuk saling tumbuh,
jika yang dirawat dan dibesarkan adalah dendam, dan lingkaran kekerasan.

Tapi Nenek Laham ada di sana.
Ia temani putranya yang menangis.
Terkulai di sajadah itu.

Tengah malam, Nenek Laham pulang ke rumahnya.a
Berjarak 1 km dari rumah putranya.
Dilihatnya sekali lagi.
Putranya masih menangis di sajadah.

Malam itu, nenek Laham kembali mendengar bom.
Tapi kali ini,
rumah putranya ikut hancur.

Semalam,
Rupanya air mata putranya sudah diseka. Tapi diseka oleh bom.
Oleh puluhan bom.

3 Des 2023

(1) Diinspirasi oleh kisah Nenek Laham di jalur Gaza Palestina yang 14 keluarga besarnya dan kerabat mati dibom Israel hanya dalam waktu semalam.

Link:

https://www.reuters.com/world/middle-east/gaza-residents-who-have-lost-family-fear-more-destruction-ground-assault-looms-2023-10-15/

Pos terkait