Oleh : Idat Mustari*
Saya tidak pernah membayangkan jika setelah kehidupan dunia ini tidak
ada lagi kehidupan baru. Para penindas, penjahat, pelaku kezaliman
yang di dunia lolos dari jeratan hukum,karena punya duit, kekuasaan lantas juga tak ada hukuman lagi bagi mereka di kehidupan setelah kematian, maka sungguh nikmatnya mereka.
Begitupun bagi mereka yang hidup kekurangan, namun taat, rajin beribadah, akhlaknya mulia, tak ada balasannya karena tak ada kehidupan baru setelah kematian, maka betapa konyolnya dan sakitnya drama kehidupan ini.
Tak terbayangkan bagaimana sakitnya orang yang di dunia dizalimi yang tak bisa berbuat apa-apa untuk menuntut keadilan, selesai begitu saja
setelah kematiannya, maka betapa sedihnya hidup ini.
Itulah yang membedakan kita sebagai muslim yang beriman dengan orang
kafir. Sebagai muslim meyakini betul akan adanya kehidupan setelah
kematian sebagai tempat pembalasan yang seadil-adilnya. Yang kemudian
harus berpikir ulang untuk berbuat zalim kepada orang lain, yang boleh
jadi bisa lolos dari hukuman disini, tapi tidak di sana.
Puasa yang kita lakukan, menurut saya adalah ejawantah dari keyakinan kita adanya kehidupan setelah kematian.
Ditutup dengan Firman Allah yang terdapat dalam QS.Al-Zalzalah : 7-8 ayat 7-8
فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُۥ
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia
akan melihat (balasan)nya.”
وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُۥ
“Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun,
niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.”
Wallahu’alam
*Penceramah dan Komisaris Independen BPR Kerta Raharja Kab Bandung