Jakarta (20/05/2022)Hari Kebangkitan Nasional tahun ini merupakan momentum untuk bersama-sama bangkit dari pendemi. Semangat menjauhi pertengkaran dan bangkitkan ekonomi yang terpuruk karena pandemi .
Kebangkitan Nasional ditandai dengan lahirnya Boedi Oetomo 20 Mei 1908, yang mengubah perjuangan dari fisik ke diplomasi, dari sifat kedaerahan ke nasional.
Kepada kesbang.com via telepon, analis kebijakan ahli madya bidang karakter dan wawasan kebangsaan Kemendagri, DR. Drs. Bangun Sitohang, MM menyatakan kebangkitan harus dimaknai dari hal mendasar. Makna bangkit, dijelaskannya adalah bergerak, kedepan dengan optimis ke arah yang lebih baik dengan mengedepankan semangat gotong-royong sebagai kata konkritnya dari semangat itu . 1908 kesatuan, kesamaan, kejiwaan untuk mengusir penjajah, 1928 terakumulasi, dan kemerdekaan 1945 merupakan kulminasi.
Dalam rangka merekatkan kembali kebersamaan, lanjut Bangun, kalau dulu semangat untuk merdeka. Saat ini semangat bersama melawan pandemi, bukan hanya Indonesia tetapi dunia, musuh yang tidak kita lihat tetapi kita rasakan dampaknya. “Kita harus mensyukuri nikmat perjuangan yang dihasilkan dari pengorbanan para pejuang. Kita sudah merdeka, bersatu dan berdaulat, tinggal menuju adil dan makmur. Ini memerlukan kesadaran bersama tanpa terkecuali dengan profesi masing-masing, berbuat untuk bangkit,” ujarnya. Saat ini era teknologi informasi, literasi kebangsaan harus terus dikuatkan, bagaimana percepatannya untuk menyampaikan pesan – pesan, kembali kepada bekal nilai moral masing-masing.
Kita harus belajar untuk bangkit bersama dengan terus menerus belajar, mulai dari bahasa, etika dan tata krama.
Kata kuncinya keteladanan harus diutamakan. “Semua memiliki tanggung jawab dalam posisi dan kapasitas masing-masing untuk bangkit, semua lini, bukan hanya pemerintah,” pungkasnya. (ibra /sfn)