Oleh: Saiful Huda Ems.
Tidak banyak orang yang tahu, bahwa jasa Ketua Umum PDIP, yakni Ibu Megawati Soekarnoputri terhadap Bangsa Indonesia ini sangat besar sekali, wabil khusus jasanya Ibu Megawati Soekarnoputri pada Partai Demokrat Pimpinan SBY dan AHY.
Terus terang apa yang saya katakan ini bukanlah asumsi dan analisa, melainkan fakta sejarah yang hanya orang-orang tertentu yang tahu atau memahaminya. Selain Ibu Megawati berani menolak ambisi Jokowi yang ingin menjadi presiden tiga periode, Bu Megawati juga diam-diam berusaha sekuat mungkin untuk mencegah pengambil-alihan Partai Demokrat dari Presiden Jokowi.
Masih ingat dengan peristiwa Kongres Luarbiasa (KLB) Partai Demokrat pada Bulan Maret 2021 lalu? Saat itu Presiden Jokowi berusaha keras untuk mengambil alih Partai Demokrat melalui tangan Jenderal TNI (Purn.) Moeldoko, yang ketika itu menjadi Kepala Staf Kantor Presiden (KSP) R.I.
Pak Moeldoko yang orangnya taat pada pimpinan, rupanya tidak bisa menolak keinginan Presiden Jokowi ini. Jika Pak Moeldoko menolak, berarti Pak Moeldoko akan dipecat, lalu misinya untuk meredam perpecahan rakyat (Kaum Nasionalis Vs. Agamis) yang dibenturkan oleh Presiden Jokowi itu akan terhenti. Disinilah mengapa kemudian Pak Moeldoko mau menjalankan instruksi Presiden Jokowi dengan berat hati.
Coba ingat-ingat, betapa seringnya Pak Moeldoko ketika itu menolak wawancara dari ratusan wartawan yang menunggunya soal pertarungan Partai Demokrat. Beliau seringkali menjawab singkat,”Aku ora ngerti” (Saya tidak mengerti), atau kadang hanya dijawab singkat “Ora weruh” (Tidak tahu). Itulah jurus Pak Moeldoko agar tidak terlibat terlalu jauh soal pengambil alihan Partai Demokrat ketika itu.
Lalu bagaimana dengan peran Ibu Megawati Soekarnoputri dalam hal ini? Dengan cerdasnya Ibu Megawati Soekarnoputri meminta pada kadernya yang kala itu menjadi Menteri Hukum dan HAM, yakni Pak Yasonna H. Laoly untuk tidak menerima susunan kepengurusan baru Partai Demokrat hasil KLB Deli Serdang. Maka di akhir bulan Maret 2021, keputusan Menkumham saat itu benar-benar menolak kepengurusan Partai Demokrat Pimpinan Pak Moeldoko yang kami ajukan ke Kemenkumham.
Kami semua yang duduk dalam Kepengurusan Partai Demokrat Pimpinan Pak Moeldoko heran, kok bisa-bisanya Menkumham menolak pengajuan kami, padahal apa susahnya Menkumham untuk menerima kami? Bukankah Pak Yasonna itu selalu bertemu Pak Moeldoko saat rapat kabinet? Bukankah harusnya Pak Yasonna tunduk pada instruksi Presiden Jokowi?
Jawaban atas pertanyaan ini ternyata, Pak Yasonna lebih mau mendengar seruan dari Ibu Megawati yang taat Konstitusi daripada mau mendengar instruksi dari Presiden Jokowi. Maka jangan heran, Jokowi menaruh dendam pada Pak Yasonna dan akhirnya mereshuffle Pak Yasonna dari jabatannya sebagai Menkumham, meski itu dilakukan oleh Presiden Jokowi menjelang akhir masa jabatannya habis.
Pak Moeldoko ketika itu tidak pernah mau sekalipun melobi Pak Yasonna yang sering bertemu dengannya di istana. Jikapun keduanya bertemu beliau akan bicara untuk hal-hal lain diluar konteks Partai Demokrat. Dari sini saja sudah bisa kita lihat, betapa aslinya Pak Moeldoko itu sangat bijaksana dan tidak tertarik untuk mengambil alih Partai Demokrat dari kepemimpinan AHY dan SBY.
Kalau kemudian Jokowi nampak sekali sangat membenci Ibu Megawati Soekarnoputri yang telah mempersilahkannya untuk menjadi Walikota Solo, Gubernur Jakarta dan Presiden RI selama dua periode, entah apa alasannya, apakah karena seringnya keinginan Jokowi ditolak mentah-mentah oleh Ibu Megawati Soekarnoputri? Entahlah.
Buzzer-Buzzer Jokowi tiada pernah henti-hentinya membully Ibu Megawati di medsos bahkan malah makin melonjak dengan menebarkan spanduk-spanduk yang menghina Ibu Megawati dan PDIP di jalan-jalan Jakarta. Untungnya kader-kader PDIP sangat sigap dan dalam tempo sesingkat-singkatnya semua spanduk-spanduk yang memfitnah dan menyerang Ibu Megawati serta PDIP itu mereka turunkan.
Ibu Megawati Soekarnoputri itu bukanlah tandingan Jokowi, sebab jika Ibu Megawati terlahir dengan jiwa pemimpin revolusioner, Jokowi sepertinya terlahir sebagai pecundang.
Track record perjuangan Ibu Megawati jauh lebih hebat, panjang dan elegan daripada Jokowi yang meninggalkan IKN yang mangkrak, PIK 2 yang bermasalah, proyek-proyek strategis nasional yang merusak jalan-jalan raya, penuh debu, banyak muntahan tanah merah yang di musim hujan sangat licin dan memakan banyak korban pengendara motor, mobil, truk dll.
Hina menghina antar rakyat yang berati kegaduhan horizontal tiada habis-habisnya, dari tahun ke tahun semenjak Jokowi berkuasa, disulut sentimen keagamaan, rasial dan perbedaan pilihan politik yang bersumber dari ulah Jokowi.
Siapa yang masih sangsi, bahwa yang memimpin Reformasi ’98 itu bukan Ibu Megawati Soekarnoputri? Siapa yang masih sangsi, kalau Ibu Megawati itu merupakan salah satu tokoh penting dalam gerakan reformasi 1998 yang membawa perubahan besar bagi Indonesia?
Jika masih ada yang menyangsikan jasa Ibu Megawati Soekarnoputri dalam hal itu, berarti pertama, mereka buta sejarah dan kedua berarti mereka Buzzer-Buzzer Jokowi yang suka berteriak lantang mengikuti pesanan operator politik Jokowi yang diberikan padanya.
Sekali lagi, jasa Ibu Megawati Soekarnoputri pada bangsa ini sangat besar sekali, khususnya pada Partai Demokrat pimpinan AHY dan SBY. Itulah fakta betapa setianya Ibu Megawati terhadap Demokrasi dan Konstitusi Negara…(SHE).
11 Januari 2025.
Saiful Huda Ems (SHE). Lawyer dan Mantan Ketua Departemen Komunikasi dan Informatika DPP Partai Demokrat Hasil KLB Pimpinan Jenderal TNI (Purn.) Dr. H. Moeldoko.