Oleh Labai Korok Piaman
Negara dunia super power seperti Amerika, Rusia, China dikuasai oleh akik-akik umur 70an tahun. Sekarang mereka terlibat konspirasi konflik dunia, bisa-bisa perang dunia ketiga terjadi, perang ini dimulai akibat akik-aki inginkan negaranya, kekuasaan kembali ke-kejayaan dalam cerita lamo baulang kembali (CLBK) lagi.
Apakah akik-akik itu pantas memimpin dan melakukan CLBK lagi?, Menurut Penulis pantas saja secara kepentingan sahwat ingin menguasai dunia, tapi untuk kepentingan kaderisasi kepemimpinan dunia, keinginan berkuasa dengan mengorbankan kemanusiaan itu tidak cocok lagi dizaman serba android ini.
Tapi yang terjadi akik-akik itu tetap memimpin dan ingin selalu berkuasa. Fenomena dunia itu mengalir auranya ke Indonesia, dimana akik-akin umur 70 tahunan tetap ingin berkuasa dan ingin memimpin Indonesia juga. Terkadang Penulis pun bingung, terheran-heran, apa yang mereka cari dalam kekuasaan Indonesia tersebut.
Berbicara kekayaan harta, mereka sudah sangat kaya raya, tujuh turunan generasi cucu-cucu akik-akik itu tidak akan habis kekayaanya, terkadang semua sumber daya alam sudah dibuat regulasinya tetap jadi garapan bisnisnya sampai hartanya melimpah lagi.
Tapi yang namanya ingin berkuasa ternyata akik-akik ini tetap bertahan dan akan mempertahankan kekuasaannya dengan segala cara, cara terakhir akan dicarikan pemimpin boneka demi kekuasaannya, rakyat dikorbankan.
Ilustrasi, analisa Penulis diatas ternyata tidak berlaku dengan sosok orang Minang dari generasi ke generasi kepemimpinan negara dan bangsa Indonesia. Teranyir ungkapan dari Gamawan Fauzi, sosok mentri dalam negri zaman SBY, dimana beliau menerangkan bahwa beliau tidak tertarik lagi memegang kekuasaan, jabatan negara ini.
Ungkapan ini bisa kita baca dari tulisan Gamawan Fauzi yang sangat bernas dimedia harian haluan, uraianya adalah ; “Di akhir jabatan saya sebagai Menteri Dalam Negeri (Mendagri), bulan Oktober 2014, saya diundang seorang pimpinan partai politik”.
“Dalam pertemuan itu, saya diajak bergabung ke partai beliau, dengan kalimat bantu saya. Saat itu juga saya katakan, terima kasih atas tawaran tersebut. Tapi , saya mohon maaf. Saya tidak bisa memenuhi permintaan itu. Saya akan banyak mendekatkan diri kepada Allah SWT karena hampir 40 tahun waktu saya disibukkan dengan masalah pekerjaan. Beliau maklum dan dialog berakhir”.
“Barangkali saatnya saya katakan dalam tulisan ini, hasrat politik dan keinginan saya untuk bekerja dalam dunia pemerintahan, sudah padam sejak saya mengakhiri tugas sebagai menteri dan memasuki masa pensiun. Selepas itu, walaupun masih ada yang meminta saya menjadi Komisaris BUMN besar, juga saya tolak secara halus. Karena bagi saya komitmen diri adalah sesuatu yang harus dijalankan istiqamah”.
“Kita harus tahu kapan harus memulai sesuatu dan kapan harus mengakhirinya: Everything has the start and has the end. Karena semua pasti ada akhirnya”.
“Kini dalam hijriyat saya sudah tercantum angka 65. Saat pulang ke rumah keabadian semakin dekat. Ada yang membantah saya, bahwa bekerja itu adalah ibadah juga, bila diniatkan karena Allah SWT. Saya juga paham itu, tapi bekerja tidak optimal karena dalam usia yang tak Iagi muda, mungkin bisa menjadi dosa bila pekerjaan itu bisa dilakukan oleh yang masih energik, lebih hebat, lebih memikirkan orang banyak, karena jabatan publik itu menyangkut nasib orang banyak”.
“Saya pernah 3 kali berkompetisi menjadi kepala daerah. Saya jalani tanpa sekalipun memfitnah teman kompetitor saya. Apalagi menfitnah dengan dalih jihat siasah, yang bisa dua kali dosanya, yaitu dosa memfitnah dan dosa mencampurkan yang halal dan yang haram”.
“Saya juga pernah menduduki jabatan publik dan saya merasakan betapa sakitnya di hujat dan dicaci maki, karena itu pula, saya tak pernah sekalipun menyalahkan pendahulu saya dan orang orang yang bekerja pada jabatan yang sama sesudah saya. Baik saat menjadi kepala daerah atau atau jabatan menteri, karena menurut saya itu sikap yang tak elok. Apalagi saya yakin bahwa saya juga tak lebih baik dari mereka”. Ungkapan Gamawan Fauzi senior Unand yang bisa dibaca diportal harianhaluan.
Menurut Penulis ungkapan Gamawan Fauzi merupakan contoh ketauladan bagi pemimpin didaerah, NKRI dan dunia, bahwa pemimpin sekarang harus tahu kapan saatnya berhenti, apalagi umur sudah akik-akik, umur sudah lebih 60tahun, 70tahun, 80tahun yang seharusnya harif. Jangan lagi berkuasa atau berlomba-lomba merebut kekuasaan demi CLBK.
- Penulis angkat topi, sembah sujud ala minangkabau kepada Gamawan Fauzi, senior minangkabau yang telah memberikan sebuah pelajaran besar kepada dunia, Indonesia dan daerah seperti para pahlawan Minangkabau terdahulu seperti Buya Hamka, Bung Hatta, Tan Malaka, dan lainnya[*].