BU MEGA TAK PERNAH BENCI DAN DENDAM.
Oleh: Saiful Huda Ems.
Ramai di medsos tentang pernyataan Wamen Ketenagakerjaan, Immanuel Ebenezer (Noel), yang menyebut Bu Mega (Megawati Soekarnoputri-Pen.) telah menenteng dendam dan kebencian pada Presiden Prabowo Subianto, gara-gara Bu Mega telah menginstruksikan semua kader-kader PDIP yang menjadi Kepala Daerah, untuk tidak datang di acara Retret Kepala Daerah di Magelang.
Padahal jika mau mencermati instruksi Bu Mega yang sebenarnya, Bu Mega tidaklah melarang para kadernya yang menjadi Kepala-Kepala Daerah itu untuk tidak datang, melainkan hanya menunda keberangkatannya ke Retret di Magelang.
Instruksi Bu Mega itu sangat wajar, mengingat pertama; Dasar Hukum dari Retret itu masih belum jelas, kedua, selain beliau sebagai Ketua Umum PDIP, belau juga menginginkan adanya kewaspadaan pada semua kader-kader PDIP, karena Bu Mega telah melihat dan merasakan telah terjadi ketidak adilan yang dilakukan oleh penguasa terhadap kadernya, yakni Hasto Kristiyanto yang merupakan Sekjen PDIP dan yang telah ditahan oleh KPK, untuk persoalan yang sangat bias, tidak ada bukti keterlibatannya dan tidak ada kerugian keuangan negara sama sekali.
Ketiga, sebagai satu-satunya tokoh pejuang perempuan dan mantan presiden yang telah banyak menerima perlakuan tidak adil dari penguasa mulai dari zaman Orde Baru, Bu Mega tentunya sangat peka terhadap adanya perlakuan tidak adil yang diarahkan ke diri dan partai yang dipimpinnya. Oleh karena itu sangatlah dapat dimaklumi, jika kemudian beliau menghimbau pada para kadernya untuk mewaspadai pergerakan lebih lanjut dari lawan-lawan politiknya.
Siapapun orang yang mengikuti dari awal kasus yang mendera kadernya, dalam hal ini Sekjen PDIP Hasto Kristitanto, tentulah sangat faham, bahwa Hasto hanyalah korban dari kriminalisasi pihak lawan yang sejak awal menargetnya untuk tujuan akhir, yakni menghancurkan PDIP dan menyingkirkan Bu Megawati Soekarnoputri dari PDIP.
Hasto Kristiyanto hanyalah sasaran antara, penyingkiran Bu Mega dan menghancurkan untuk kemudian mengambil alih PDIP adalah sasaran utamanya. Orang yang memiliki tujuan tersebut pastilah bukan orang luar PDIP, melainkan orang dalam PDIP sendiri yang telah berkhianat pada Bu Mega dan PDIP, yang kemudian sudah dipecat dari PDIP.
Ia ingin masuk kembali ke PDIP dengan terlebih dahulu menyingkirkan tokoh-tokoh besarnya, dan tokoh-tokoh besar PDIP secara struktural ya pastinya Ketum (Bu Megawati Soekarnoputri) dan Sekjennya (Mas Hasto Kristiyanto). Lalu siapakah lawan politik dari PDIP dan beliau berdua? Semua orang pasti sangat mudah menjawabnya; Jokowi dan keluarganya !.
Oleh karena hal itu, sangatlah tidak tepat jika kemudian Immanuel Ebenezer menuding Bu Mega telah menenteng kebencian dan dendam pada Presiden Prabowo Subianto. Ini salah besar, karena sejarah telah mencatat; jika bukan karena jasa Bu Mega yang telah meminta dan menjamin kepulangan Prabowo Subianto dalam pelariannya di Yordania, tentu Prabowo Subianto hingga saat ini akan tetap berstatus sebagai Buronan Negara !…(SHE).
26 Februari 2025.
Saiful Huda Ems (SHE). Lawyer dan Analis Politik.